Betapa beruntungnya kamu, sayang…
Karena sampai hari ini aku masih mampu menghitung apa yang telah aku perbuat selama ini.
Betapa beruntungnya kamu, sayang…
Karena hingga detik ini aku masih bisa menghitung apa yang telah kau perbuat selama ini.
Betapa beruntung dirimu, sayang…
Saat hati ini sakit, aku masih saja tetap kuat untuk menghitung berapa banyak dan siapa saja yang tahu lebih awal segala tentang mu, dan ada pada urutan berapakah aku di hatimu…
Namun sayang, malangnya kamu…
Karena saat ini aku tak mampu lagi menghitung rasa sakit, rasa pedih, dan kecewa yang kualami saat denganmu.
Karena saat ini aku tak mampu lagi menghitung seberapa sering kau sakiti hati ini.
Karena semua telah tak terhitung lagi
Tapi entah mengapa, begitu beruntungnya dirimu, sayang...
Karena hingga detik ini aku tuliskan rasa sakitku yang tak mampu kuhitung lagi, aku masih mampu mencintaimu.
Mencintaimu dalam ketidakmampuanku dalam memahami kamu
Mencintaimu dalam ketidaksabaranku untuk mencoba mengerti cara hidupmu
Mencintaimu dalam ketidakpahamanmu akan dalamnya cinta ini
Mencintaimu dalam ketidaksadaranmu untuk setiap milli rasa sakit yang terus menumpuk dalam hati dan jiwaku
Betapa beruntungnya kamu, sayang...
Hati ini, hati yang tak terhitung seberapa banyak telah kau sakiti, ternyata masih mampu dan masih tetap mencintaimu bahkan ketika aku sadar bahwa diri ini tak lagi menerima cinta darimu
Satu hal yang harus kamu tahu bahwa,
Pun ketika tanah menutupi tubuhku, dan air hujan membasahi tanah itu, cinta ini akan tetap ada
Begitupun dengan rasa sakit itu...
Tuhan, tahukah ia betapa indahnya mencintai? Tunjukkan padanya ya Tuhan, seandainya ia tak pernah sekalipun mengetahui betapa nikmatnya mencintai.
Karena dengan cinta, ia pun akan tahu bagaimana nikmatnya tersakiti...
Seperti aku yang masih saja terus bertahan, untuk menikmati cinta yang menyakitkan...
0 they said:
Posting Komentar