Minggu, 22 Juni 2008

my true fRiEndS,,, REallY??


Senin, 02 Juni 2008

PERKAWINAN

Perkawinan. Tepatnya pernikahan, karena perkawinan itu berarti proses ketika benang sari bertamu ke rumahnya putik yang berakhir dengan tragedy pembuahan, dan untuk sejenis homo ludens terjadinya hal tersebut harus melewati proses terpelesetnya botol kecap (untuk sebagian orang mungkin botol mayonnaise) ke dalam dompet. Maksut lo??? Emang bisa ya?? Mungkin inilah satu-satunya kata yang paling cewek-cewek seumuran gue takutkan dan dambakan. Bagi sebagian besar mungkin pernikahan merupakan sesuatu hal yang menyenangkan dan mereka sangat mendambakan hal tersebut. Tapi tidak bagi gue hari ini. Kemarin-kemarin mungkin iya, tapi tidak untuk hari ini dan nggak tahu sampai kapan. Kata-kata pernikahan sangat membuat Id atau bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis gue sedikit meredam. Banyak hal yang harus dipikirkan ketika gue mulai membayangkan yang namanya pernikahan lebih-lebih perkawinan. Hiiii…
Gue tahu agama gue yaitu Islam memang menyarankan kepada umatnya untuk segera menikah aja daripada berbuat zinah. Oke, hal itu emang make sense, Cuma, should we have a sex before married? Nggak juga kan? Even, nggak nyangkal kayaknya hal itu udah jadi hal yang terlihat lumrah di antara kita-kita. Kita-kita? Elo doank kali, gue nggak! Hah!! Muna asli yang bilang kayak gitu. Basi! Gue tau, Cuma sepersejuta dari kalian yang pacaran nggak pake ciuman. Pegang-pegangan. Raba-rabaan. Mulai dari pegang tangan sampe ngeraba ketek dan berakhir dengan bikin kepang bulu ketek pacar elo.
Ketika kita udah memasuki yang namanya pernikahan, otomatis bakal banyak perubahan yang terjadi pula. Pacar yang tadinya seratus persen care sama kita, royal atau nggak pelit, manis, suka ngajak jalan-jalan, bisa berubah juga seratus persen. Yang tadinya care abis, kita kepanasan dikipasin, kita ngantuk dikelonin, kita mau muntah juga ditadahin, bisa berubah jadi cuek abis, galak, pelit, bahkan ketika someday kita hamil terus ngidam pengen rumah yang ada kolam renangnya plus BMW sport Z4, bukannya ngasih malah diomelin dan bilang nyesel dapet istri yang banyak maunya. (Yaiyalah secara ngidamnya berasa suami kita David Beckham). Itu yang tadinya manis dan baik yah, terus, apa kabar sama pacar yang tadinya udah cuek, sukanya marah-marah, nggak perhatian (sampe-sampe yang dia hapal cuma ulang tahun perusahaan sama mantan gebetannya dia doang, ulang tahun kita? Jangan berharap dia bakalan inget, tahu tanggalnya kapan aja mungkin nggak), nggak suka ngajak jalan-jalan, dan loyal banget sama masa depannya sampe-sampe dia sering lupa sama motif-motif biologis yang dia perlukan seperti makan dan istirahat untuk dirinya sendiri? Bagus donk, kan orang seperti gitu berpotensi untuk menjadi orang kaya dan bisa mengabulkan permintaan kita yang ngidam rumah berkolam renang plus BMW sport Z4 warna merah menyala itu. Iya itu dari satu hal terakhir aja, coba kalo kita ngerunut lagi ama sifat-sifat dia yang di depannya? Yang cuek, nggak perhatian, suka marah-marah, uh…. Gimana lagi kalo udah nikah? Bukankah bakal lebih parah lagi. Mungkin kalo kasusnya cuma ngidam rumah yang ada tiga jenis kolam renang saja sih nggak jadi masalah, tapi apa kabar sama kecuekan, kegalakan, dan ketidakperhatiannya dia itu? Bukan nggak mungkin hal tersebut semakin menjadi-jadi di kemudian hari.
Semua wanita di dunia ini mungkin sama saja kalau dalam hal berhubungan dengan kambing tetangga, pasti sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan sama orang tua kita yang sangat menentang hubungan tidak senonoh yang intim itu.
??????
Nggak. Maksudnya, setiap wanita mempunyai motif sosiogenis yang tinggi, seperti kebutuhan untuk mendapat respons, kebutuhan akan pengakuan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan keterikatan dan cinta, kebutuhan akan kasih sayang. Tapi sayangnya, makhluk2 jenis lelaki yang punya klasifikasi cuekosaurus nggak pernah tahu dan mau tahu sama urusan-urusan kayak gitu. Mereka dengan kepribadian seperti itu cenderung nggak bakalan ngerti sama unsur-unsur sensitive yang ada di cewek kayak yang tadi disebutin di atas itu. Mmmph… mungkin mmmph ini satu-satunya kata yang bisa diucapkan untuk mengekspresikan respons kita terhadap perilaku anormatif daripada para lelaki tersebut diatas yang biasa kita sebut saja Joko.
Selain masalah perubahan sinifikan dan konkrit sama pasangan kita, adalah hal laen yang sangat-sangat pasti terpikirkan ketika kita ngomongin yang namanya pernikahan. Orang nikah pasti punya harapan sama, yaitu punya keturunan, atau dengan kata-kata yang biasa banget yaitu punya anak. Nah, bayangkan berapa banyak kalsium yang kita habiskan hanya untuk memikirkan apa yang terjadi kalo kita punya anak? Sementara melihara tuyul aja kita masih sering kerepotan. La ila yaah, siapa juga yang rela nyusuin makhluk gaib di siang bolong dalem angkot yang banyak orang bawa belajaan ayam idup dan ikan asin. Nggak gitu, maksudnya, maen tamagochi aja kita sering mati gara-gara lupa bersiin e’e nya, kebayang nggak kalau tiba-tiba kita kehilangan bayi kita gara-gara kita lupa bersiin bekas e’e nya dan dia tewas gara-gara nggak kuat hidup sesek napas dalam e’e nya sendiri. Naas.
Belum lagi masalah pendidikan dari anak kita kelak, kita kan harus memikirkan itu dari sekarang. Eh, eh, salah, sebelum biaya pendidikan juga biaya hidup dulu kali. Dengan kita melahirkan seorang makhluk hidup kedunia ini juga udah ada biaya baru yang perlu untuk dipikirkan. Makanan sehari-harinya, pampersnya, buahnya, vitaminnya, dokternya, rokoknya, kopinya (hehe, yang ini lebay… curiga bayi dukun), uhhh… pusing lu!! Beberapa hari yang lalu nih ya, gue ngobrol sama temen gue yang lagi hamil muda. Belom lahir aja tuh bayi ke dunia, biaya nya udah gede banget. Buat vitamin si nyokapnya aja, yang notabene buat si jabang bayi yang masih mpet-mpetan itu, abis 800 ribu buat sebulan. Belum makanannya, belum dokternya yang khusus periksa kandungan, belum lagi kalo si nyokap flu sedikit.. aja mesti ke dokter karena nggak boleh kalau cuek-cuek najis makan panadol 3 butir. Bisa-bisa Jabang bayi yang ada dalem perut nagih tripping sambil denger DJ Nori dulu sebelum tidur. Sebelumnya, kita juga mesti banget mikirin biaya ngelahirin. Normal mending, gimana kalau buruk-buruknya si istri mesti sesar coba?
Masalah selanjutnya dalam menghadapi pernikahan adalah keluarga. Pernikahan berarti kita harus mampu menyatukan dua macam kultur atau budaya yang berbeda dari masing-masing keluarga. Banyak hal yang harus dipikirin dari hal tersebut. Thingking which produces new methods, new concepts, new understanding, new inventions, atau dengan kata laen kita mesti bisa memadukan dua pemikiran dengan cara yang berbeda dari masing-masing keluarga besar sehingga terciptakan konsep baru yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Anjrittt… bahasa gue…. Kalau misalkan kita terlahir dari keluarga yang utuh, rukun, ramah, aman, damai dan tenang, begitupun dengan pasangan kita mungkin nggak jadi masalah yang terlalu besar. Tapi apakah pernah terpikir kalau ternyata pasangan kita terlahir dari keluarga yang sebut saja nggak utuh, berantakan, broken home, tukang marah-marah, pemabukan, e’e dimana aja, otomatis kita mesti siap dengan segudang pertanyaan serta vonis-vonis keji yang setidaknya bakal hadir minimal 3 kali dalam seminggu (kayak les GO yang bukan intensif) dalam hidup kita.
- Ayahnya kerja dimana? Kok kayaknya mendem aja dirumah?
- Ibunya masih muda ya, terus selingkuh dan nikah lagi?
- Oh… adiknya hamil gara-gara diperkosa…
- Eh, katanya kakaknya meninggal gara-gara Over Dossage ya?
- Neneknya udah nggak bisa pipis sendiri? E’e nya dimana aja yah?
- Apa??? Tetangganya china semua??? (yang ini nggak nyambung banget)

Setelah hal tersebut bisa kencing dengan lurus, maksudnya berjalan dengan mulus alias kita bisa menjawab setiap pertanyaan dengan lancar tenang dan penuh pengertian juga kasih sayang, dan kedua keluarga bisa menerima setiap kekurangan dan kelebihan keluarga si calon nikah, yah… berarti kita hampir siap dalam melanjutkan bahtera rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah. Nah, apa itu sakinah mawadah marahamah, cari sendiri coba di Google, jangan cuma bisa ngomongnya doang!!!
Paling ribet emang waktu teknis pelaksanaan perkawinan tersebut. Ada kebiasaan-kebiasaan normative keluarga yang mau nggak mau msti kita iktuin seperti gimana enaknya resepsi. Di gedung mana. Ngundang berapa orang. Cateringnya apa aja. Seragam keluarganya kayak gimana. Dan hal ribet laennya. Tapi itu adat, mau nggak mau kita mesti mengalami dan menghadapi itu. Dan bukan nggak mungkin hal-hal seperti itulah yang dapat menyebabkan konflik yang ribet dan menjadi momok yang menakutkan menjelang hari perkawinan tiba.
Begitu deh rumitnya pernikahan. Belum lagi buat yang belum pernah merasakan perkawinan saat melakukan pernikahan, pasti shock berat deh dengan tragedy tersebut. Hehehe… Hal yang tadi dibahas di atas belum seberapa loh. Masih banyak hal lain yang dapat memberikan surpraise saat kita memasuki dunia perkawinan antar manusia dengan manusia. So that, sudah siapkah kamu menikah tahun ini? I don’t think so… Kecuali ada makhluk baru yang ngikut dalem tubuh gue dan nggak sabar pengen liat dunia. Anjrit, jangan sampe!! Do you see that?